Jumat, 14 April 2017

Harga MATI dan Harga AKHIRAT

Dalam kehidupan di Dunia ini ada dua target untuk mencapai cita-cita kehidupan dunia yang serba berkecukupan   dan penuh kesejahteraan. Pertama adalah sampai target kematian dan tidak percaya lagi ada kehidupan selanjutnya dan karena itu digunakanlah segala kemungkinan yang tersedia untuk di-eksplotasi sehingga yang  serakah semakin menderita untuk mencapai hasil semaksimal mungkin sebelum datangnya maut.  
Kedua,  bagi mereka yang beragama percaya bahwa setelah kematian masih  ada kehidupan di Akhirat, yang jauh lebih bermutu dan kekal, tidak memerlukan usaha seperti hidup di dunia yang kadang2 penuh penderitaan. Jadi hidup mereka    se-hari2 di permukaan Bumi ini jauh lebih tenang dan terkontrol sesuai dengan ajaran agama.   
Namun yang menarik disini adalah kasus dari pihak target kedua mereka juga membutuhkan  kehidupan dunia sampai kematian. Sebagai contoh dapat diberikan bahwa demi kepentingan  masyarakat Dunia setiap manusia terlibat dalam kegiatan ber-negara,  partai2 politik dan demokratisasi, hasil2 inovasi, kecerdasan, kepemimpinan, pangkat dan harta kekayaan yang semua ini, tidak mungkin bisa diboyong masuk ke Akhirat. Selagi masih ada kekuasaan Pemerintahan yang sah, maka peninggalan-2 tersebut akan tinggal di Bumi untuk dilanjutkan pewarisannya, di-urus, dan diselenggarakan secara otoriter sesuai dengan motivasinya  dan kemudian ada yang bisa dinikmati,  selama berlangsungnya kehidupan serta kematian manusia  secara terus menerus diatas Bumi ini.
Jadi perangkat-perangkat serta usaha-usaha kepentingan masyarakat Dunia tersebut diatas, rotasinya sangat singkat. Bagi manusia berusia normal (70 tahun), hanya bisa memiliki dan menikmatinya selama 45-50 tahun saja, sebelum berpindah ke tangan lain. Hal tersebut berlaku bagi kedua belah pihak, selama mereka hidup di dunia.
Di Akhirat nanti ada manusia yang sampai dengan selamat dan ada pula yang tidak selamat. Yang sampai dengan selamat adalah Ummat yang sewaktu hidup di Bumi mereka beragama dan berakhlaq/berkelakuan  sesuai dengan kehendak agama Allah. Walaupun mereka ikut menikmati kehidupan Dunia, mereka selalu jujur dan ikhlas dalam menyelenggarakan kepentingan hidup masyarakat Dunia dan bertanggung jawab penuh atas usaha-usaha yang telah mereka lakukan.
Berbeda dengan kelompok pihak pertama, mereka juga melakukan petunjuk2 rukun agama dan rukun Iman agar nanti mereka dijamin akan masuk Surga.
Pancasila hanya memiliki satu harga Akhirat yaitu sila pertama, selebihnya adalah sila2 buatan manusia dan bernilai harga Mati. Supaya tidak rumit dalam menilai Pancasila dan agama, maka perlu dikaji sampai dimana motif agama dan motif politik berlaku pada Pancasila. Itulah keterangan diatas bahwa ranah agama yang berlaku di Indonesia, hanya terletak pada sila pertama: “Ketuhanan yang maha Esa”, selebihnya adalah ranah politik dan/atau demokrasi.
Kalau kita mau memilih seorang pemimpin Islam atau non Islam, lebih baik kita pilih pemimpin yang non Islam tersebut secara demokratis karena yang non Islam tidak memiliki harga Akhirat. Pilihan dilakukan diluar sila pertama dan diluar ranah agama. Demikianlah syariat yang berlaku bagi mereka.
Pada kasus  sebaliknya apabila calon pemimpin tersebut beragama Islam kita akan kaji dengan melibatkan Syariat hukum Islam dengan berdakwah dan sesuaikan pilihan kita dengan Firman Allah, karena dia sebagai seorang Islam memiliki harga Akhirat. Hati-hati janganlah dicampur adukan dakwah dengan demokrasi seperti yang telah terjadi pada kasus AHOk. Sesuai keterangan AHOK lawan2 politiknya selalu bernaung dibalk kitab suci “seakan-akan kita telah tertipu  bahwa Firman Allah bisa dijadikan AZAS DEMOKRASI”, padahal itu adalah Dakwah (Firman Allah), sedangkan demokrasi adalah ciptaan manusia. Ini adalah dosa, apabila Firman Allah diputuskan secara demokratis.  Jelas, tidak ada disini penistaan agama oleh Ahok.
Dengan demikian maka kriteria memilih harus sesuai dengan Syariat.
Jakarta, 09 April 2017
Ing. Eddy R. Jahja



Jumat, 30 Januari 2009

Kebenaran tujuh lapis langit

Semua umat manusia mengetahui keberadaan langit seperti pelindung raksasa yang memayungi jauh diatas bumi. Tapi tidak banyak orang yang mengetahui apa sebenarnya fungsi dan proses terjadinya langit. Untuk itu kita melakukan penelahaan tentang langit baik dari sudut pandang “Astronomi” maupun dari aspek agama, khususnya agama Islam.

Tidak semua umat Islam dapat memahami dan mengerti bahasa dan tulisan Arab. Namun, bagi umat yang melakukan syariah Islam dan memahami konsep Islam yang berpegang pada keyakinan Hablunmina’llah (beriman kepada yang Ghaib) dan Hablunmina‘nnaas (Rasional, Adil dan Berguna bagi Kesejahteraan Bumi dan Manusia), mereka Istiqomah dalam menjalankan rukun Islam, berdo’a dan memohon petunjuk Allah SWT, membaca dan mengikuti dakwah gemar membaca Alqur’an yang terjemahannya telah ditulis dalam berbagai bahasa. Kita yakin mereka ini adalah termasuk golongan orang-orang yang luas wawasan dan pengetahuannya, sehingga mampu menganalisa dan menguraikan ayat-ayat suci Alqur’an secara lengkap dan rinci.

Setelah membaca ayat 3/190-191, yang menyatakan bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam itu adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal dan yang yakin akan kebesaran Allah SWT. Sebagai hamba Allah maka timbullah keinginan kita untuk mengetahui lebih lanjut tentang kejadian langit dan bumi, khususnya mengenai langit. Telahan.ini diperoleh dari berbagai sumber, seperti Al-qur’an, publikasi dari Astronomi, majalah dan jurnal dari dalam dan luar negeri dan informasi lain dari televisi.

Beberapa Ulama berpendapat, istilah “tujuh langit” yang berlapis-lapis sebagaimana tertulis di dalam Alqur’an antara lain, pada ayat (67/3), hanya merupakan sebutan angka-angka saja, tidak ada kaitannya dengan ilmu “Astronomi”.Mungkin karena pengetahuan tentang langit sangat terbatas, jaraknya yang sangat berjauhan sehingga tidak mudah bagi manusia membuktikannya secara ilmiah. Kalau kita ingin mengetahui tentang langit sebelum sampai ke istilah “Tujuh Langit” (Seven Heavens), maka sebaiknya kita lebih dulu melacak keberadaan planet-planet dalam Tata Surya (Solar- System). Baru kita meningkat ke Sistim Bintang, lalu ke Sistim Galaksi, kemudian ke Sistim Cluster dan akhirnya baru kita membahas tentang “Sistim Langit”. Menurut istilah Astronomi, secara keseluruhannya dinamakan Universe atau Alam semesta.

Keberadaan Planet.

Menurut The New Cosmos Order (National Geographic Magazine, Desember 2006) dalam “Solar System” terhitung mulai saat ini hanya “ada delapan”(8) planet sebagai patokan. Sedangkan planet-planet lain seperti Ceres, Pluto dan Eris (mengorbit di Kuiper Belt), yang baru dikonfermasikan pada tahun 1992, adalah termasuk golongan planet-planet kecil, atau Dwarf Planets. Planet-planet tersebut secara keseluruhan terbagi atas dua kelompok yakni “Inner planets”; Mercury, Venus, Bumi, Mars dan Ceres, dan “Outer planets”; seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptune, Pluto, Eris dan Sedna (terpantau pada tahun 2003). Semua planet-planet tersebut diatas termasuk bumi, masing-masing beredar dalam “jarak tertentu dan terkontrol” dan bagi 8 planet tersebut diatas selain Dwarf Planets, telah dipastikan mengorbit mengelilingi matahari. Oleh sebab itu sistim ini diberi nama tata Surya atau “Solar System”.


Keberadaan Bintang – Bintang dan Galaksi.

Apabila Tata Surya kita ini dipantau dari kejauhan 100,000 tahun cahaya, maka menurut ilmu Astronomi (Larousse 1986) Tata Surya kita ini kelihatan tergabung di dalam Sistim Bintang yang disebut Galaksi “Milky Way” atau Bima Sakti. Di dalam Alqur’an (lihat ayat 82/1-2 dan ayat 85/1 dibawah) juga menyebutkan “Langit” sebagai “Galaksi” dan “Gugusan bintang” dapat diartikan “Sistim bintang”. Sesuai astronomi jumlah bintang-bintang yang terdapat di dalam Galaksi tsb diperkirakan ada lebih kurang 500 milyar, dimana didalamnya sudah tercakup tata Surya kita yang tadinya kelihatan begitu besar dan megah, sekarang kelihatan relatif kecil, hanya sebesar titik-titik bintang-bintang disekitarnya. Didalam Bima Sakti dimana terdapat Tata Surya kita, sekarang sudah berada didalam Cluster-Galaxy bersama komet-komet, asteroid, meteor, debu, gas dan bintang-bintang. Unsur-unsur tersebut merupakan “lapisan dasar” dari Galaksi (langit) dimana bumi kita berada di dalamnya.

Ayat (85/1): Demi langit yang mempunyai gugusan bintang.....
Ayat (82/1-2): Apabila langit terbelah dan bintang-bintang jatuh berserakkan......

Alqur’an menyatakan “gugusan bintang” dan “langit” yang dapat diartikan disini dengan “Sistim bintang” dan “Galaksi” (karena apabila langit atau galaksi terbelah maka bintang-bintang akan “jatuh berserakan”), adalah sesuai dengan pembahasan Astronomi tentang sistim bintang yang tercakup di dalam sistim Galaksi).
Selanjutnya menurut Larousse (1986), apabila kelompok Galaksi tersebut dipantau dari jarak 5 juta tahun cahaya, maka akan terlihat membentuk kelompok-kelompok tertentu yang saling berdekatan. Apabila jarak pantauan mencapai 15 milyar tahun cahaya, maka pantauan kita akan beralih kepada kelompok-kelompok yang terpisah satu sama lain dan membentuk masing-masing kelompok tertentu. Mereka membentuk kelompok-kelompok yang bertingkat dan disebut “Cluster-Galaxie”. Yang kita lihat saat ini adalah lapisan langit tingkat pertama.

Keberadaan Cluster.

Apabila kita lihat lapisan langit pertama yang berjarak sangat tinggi, maka bintang-bintang serta komet-komet dan meteor-meteor yang kadang-kadang bisa terlihat oleh mata seakan-akan berada pada ketinggian “langit” , yang sebetulnya tidak demikian. Karena bintang-bintang dan lain-lainnya masih berada di dalam Galaksi kita yang pada gilirannya berada di dalam Cluster tertentu. Sistim Cluster inilah yang kemudian membentuk langit. Walaupun kita berada dalam satu Galaksi namun jarak antara bumi dengan bintang-bintang tersebut adalah sangat jauh. Pandangan kita akan menembus kejauhan bintang-bintang sehingga akhirnya mencapai batas atau “frontier” (langit Cluster lapisan pertama), dan terkesan seakan-akan bintang-bintang berada pada ketinggian langit tersebut, padahal tidak demikian.

Keberadaan Langit.

Filsafah “Langit” yang dalam bahasa Inggris disebut“Sky”, dalam bahasa sehari-hari kita mengatakan bahwa kapal terbang ataupun burung-burung terbang di udara atau pada ketinggian awan dan tidak pernah mengatakan terbang di langit atau ke langit. Namun orang Inggris bisa mengatakan: “The clouds and the sun, moon and the stars appear on the sky and the birds flying up into the sky”. Disini jelas bahhwa “Sky” adalah “Tata Ruang” yang letaknya relatif tinggi namun tidak begitu memperdulikan jauh dekat posisi yang dimaksud. Sedangkan “Langit” bukanlah tata Ruang melainkan suatu “Frontier” atau “Boundary”, sebagai atap tertinggi yang berbentuk “Sphere” (dome), dan memiliki ufuk horizon pada setiap sudut pandang. Bagi mereka yang pernah memperhatikan matahari terbenam (sunset) di tepi pantai akan dapat memahami apa yang dimaksud.

Dalam Alqur’an dinyatakan ada tujuh langit yang berlapis-lapis, maka pada setiap batas lapisan tersebut terdapat “Frontier” yang imaginer, karena tidak mudah untuk menentukan ketinggiannya. Mungkin dengan alat teropong raksasa atau alat-alat canggih lainnya masih bisa menembus ketinggian frontier tersebut, namun sangat terbatas. Disinilah terdapat tambahan penjelasan dari Alqur’an, bahwa selain dari Galaksi dan berakhir pada sistim-Cluster yang membentuk satu langit (langit pertama) yang dibahas dalam Astronomi, dalam Alqur’an, ditambah lagi dengan menjelaskan Sistim-Langit, yakni “Tujuh Langit Yang Berlapis-lapis”.
Dengan demikian langit adalah merupakan atap dari tata Surya (Solar system) sebagai ”boundary” (frontier) pertama dan bisa dilihat secara langsung. Namun, yang dimaksud dengan “tujuh langit” atau “seven heavens” yang (kadang-kadang heaven juga diartikan sebagai syurga), adalah frontier-frontier berikutnya, bertingkat-tingkat sampai lapis ketujuh.

Data-data dan Publikasi Astronomi.

Menurut ilmu Tata Surya jarak antara bumi dan matahari adalah 151 juta km dan antara bumi dan planet Mars 79 juta km, dan ke planet Eris berjarak 10.24 milyar km. Ini baru jarak-jarak yang kita ketahui dalam Tata Surya. Spacecraft Voyager I dari NASA yang dilansir pada tahun 1977 sekarang sudah berada pada jarak 15 milyar km dari bumi, namun masih memerlukan waktu sepuluh tahun lagi untuk memasuki interstellar space (gugusan bintang), dan 6,000 tahun lagi baru sampai dipinggir Oort Cloud yang berjarak kira-kira 32 triliun km dari bumi. Jadi bisa dibayangkan seandainya kita keluar dari Tata Surya, kita akan memasuki sistem bintang yang masih berada dalam satu galaksi dengan Tata Surya kita, mungkin untuk mencapai bintang terdekat saja harus menempuh jarak bisa sampai puluhan trilyunan km. (Jarak-jarak tersebut diatas dihitung bila objek berada pada garis lurus dengan matahari sedangkan posisi bumi berada diantaranya).

Menurut informasi ilmu Astronomi (NMM; Internet Januari 2008)) jumlah bintang-bintang yang ada di Universe adalah 7x 10^22 (tujuh puluh milyar trilyun), sedangkan jumlah Galaksi yang ada di Universe diperkirakan berjumlah lebih kurang 140 milyar.
Dengan demikian, jumlah rata-rata dari bintang yang terdapat pada setiap galaksi:
(7x10^22) : (1,4^11) = 500 Milyar bintang-bintang per Galaksi. Jumlah tersebut sesuai yang terdapat pada Milky Way (Bima Sakti), yang memiliki sebanyak 500 milyar bintang-bintang (lihat hal.2) yang jumlah sebenarnya menurut para astronom lebih banyak. Mungkin saja jumlah rata-ratanya melebihi 500 Milyar bintang-bintang pada Galaksi-galaksi tertentu.

Karena lapisan-lapisan langit berbentuk sphere seperti lingkaran yang bertitik pusat yang sama, maka Radius dari setiap lapisan dapat dihitung dengan bly (Billion Light Years). Lihat di website Universe; maka Radius dari lapisan-lapisan langit pertama, kedua dst sampai ke lapisan langit ketujuh adalah ; (I)= 15 bly, (II)= 25 bly, (III)= 36 bly, (IV)= 46 bly, (V)= 57 bly, (VI)= 67 bly dan (VII)= 78 bly.
Dengan demikian maka jarak diantara lapisan-lapisan langit, mulai dari lapisan pertama, kedua, sampai ke lapisan langit ketujuh adalah 10 bly dan 11 bly, secara bergantian.
Sedangkan jumlah galaksi yang terdapat pada lapisan langit pertama adalah 1 Milyar galaksi dan volume dari lapisan langit tersebut adalah: ~1,2x10^70 Km^3.
Dengan demikian maka atas penemuan serta uraian diatas maka ilmu Astronomi tidak lagi dapat kita katagorikan sebagai ilmu pengetahuan sekuler, karena telah melibatkan Al-Qur’an tentang kebenarannya; ”There are seven boundaries of the Universe, creation of the Lord”.
Pelacakan definisi tentang langit.

Tata ruang yang sangat klosal, dan Galaksi yang begitu banyak jumlahnya telah membentuk Cluster dan berada pada “Sistem Langit”. Dengan filsafah tentang sky dan langit seperti diatas, maka kita lebih leluasa untuk melacak definisi tentang “Tujuh Langit” atau “Seven Heavens” sebagai berikut:

Semakin keatas langit akan semakin luas, dan semakin banyak sistem Galaksi atau Cluster yang ada. Sesuai “Dictionnaire Larousse” (halaman 921), dan Al-Qur’an ayat (41/11) (lihat dibawah), Cluster yang bertingkat-tingkat tersebut sebelum “dijadikan langit” masih berbentuk asap (cloud of vapour, lihat ayat 41/11 dibawah), sehingga kelompok Cluster akhirnya membentuk lapisan langit. Ini bearti, bila semakin banyak jumlahnya, maka semakin luar biasa besarnya dan sangat tinggi tata ruangnya, sehingga dapat membentuk lapisan-lapisan “Langit” atau “Heavens”. Perkiraan ini sudah sesuai dengan ilmu Astronomi. Namun jumlah Galaksi menurut para astronom masih jauh lebih besar dari apa yang diperkirakan. Dengan demikian, jumlah lapisan langit bisa mencapai tujuh lapis tidaklah mustahil.

Definisi tentang tujuh langit dapat dirumuskan :

Tujuh langit yang berlapis lapis atau Seven Heavens adalah tata ruang, yang terdiri dari berbagai kelompok “Sistem Cluster-Galaksi” yang bertingkat-tingkat dan begitu besar jumlahnya, sehingga bisa membentuk sistim langit tersendiri sebanyak tujuh lapis. Batasan (boundary) dari lapisan antara langit pertama dan langit kedua disebut atap bumi, sedangkan pada tingkat ketujuh yang berada pada posisi tertinggi, memiliki batas akhir (final boundary) sebagai batas alam dimana terdapat Sidratul Muntaha. Apabila batas tersebut kita lewati, kita akan berada di “Alam Ghaib” (Akhirat?).

Penjelasan Alqur’an.

Walaupun bumi kita berada dalam sebuah Galaksi tertentu (Milky Way atau Bima Sakti), namun posisi dan ufuk horizon kita sebagai penghuni bumi tetap bebas melihat lapisan langit pertama karena batas-batas pinggiran Galaksi dan Cluster adalah “imaginer” dan tembus pandang. Langit tersebut berfungsi sebagai Atap bumi atau Dome dari “Sistim Langit”.
Ayat (2/22): Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan
langit sebagai atap (and the sky a dome)……….dst.
Ayat (41/11): Dia menuju kepada penciptaan langit yang masih merupakan
asap (cloud of vapour), lalu berkata kepadanya dan bumi:
“Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati
atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Al-Qur’an selalu lebih dulu memberikan informasi dalam berbagai bidang ilmu, termasuk ilmu Astronomi. Apabila ilmu Astronomi hanya mencakup sampai pada “Sistim-Cluster” untuk membentuk satu langit, maka Al-Qur’an mengungkapkan lebih awal dari Astronomi tentang “Sistem-Langit” yang membentuk tujuh langit yang berlapis-lapis.

Selain itu baru-baru ini (National Geographic Magazine, Desember 2006) para Scientist terkejut karena tiba-tiba munculnya tiga Komet (Heaven’s mountains) yang mengandung es air, mengorbit pada jalur Asteroid, dimana biasanya Komet-komet tersebut terbentuk pada sebelah luar Tata Surya atau diluar planet Neptune. Para Scientist memperkirakan Komet-komet tersebut telah menurunkan air ke Bumi. Memang menurut Alqur’an ada air atau hujan yang turun dari awan dan ada pula air atau butiran es yang diturunkan dari langit, (lihat dibawah, ayat-ayat 15/22 dan 24/43). Demikian pula baru-baru ini pada tanggal 29 dan 30 Maret 2008, telah terjadi hujan es di Bandung.

Ungkapan ayat-ayat Al-Qur’an termasuk yang berbahasa Inggris (Terjemahan N.J. Dawood thn; 2003), adalah relevan untuk mencari penyesuaian antara “Tujuh Langit” dengan ilmu astronomi, yang tidak bertentangan dengan definisi dari apa yang disebut Universe.
Apabila membaca ayat-ayat berikut ini harus menggunakan Alqur’an agar sempurna isi kalimatnya Ayat-ayat yang relevan adalah sebagai berikut:

Ayat (15/22) : We let loose the fertilizing winds and bring down water from the
sky (menurunkan air dari langit) for you to drink; its stores are beyond your reach, (disimpan diluar jangkauanmu).
Ayat (24/43) : ……….dan Allah juga menurunkan butiran-butiran es dari langit (From heaven’s mountains He sends down the hail,) ………….dst.

Fungsi langit.

Ayat-ayat suci Alqur’an telah menjelaskan filsafah tentang langit dan kita telah merumuskan definisi tentang “Tujuh Langit”atau “Seven Heaven” dengan pertimbangan sebagai berikut. Fungsi lapisan langit pertama sampai kelapisan ketujuh menurut apa yang telah diwahyukan oleh Tuhan kepada setiap langit akan urusannya masing-masing (Ayat 41/12). Yang jelas pada ayat tsb. Dinyatakan, langit terendah (terdekat) ialah dimana ada bumi, karena dihiasi oleh bintang-bintang yang cemerlang (ada matahari), dan dijaga oleh komet-komet, lalu diperkuat oleh ayat (78/12), menyatakan kami bina diatas kamu dengan tujuh langit yang kokoh. Jadi lapisan pertama ialah dimana terdapat Galaksi kita atau Milky Way. Kejadian langit kita ketahui, antara lain dalam kitab suci Alqur’an, yang disampaikan kepada Muhammad SAW.

Ayat (41/12): “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
Ayat (41/12): “In two days (dua masa) He formed the sky into seven heavens…….We decked the lowest heaven (yang dekat) with brilliant stars and guardian comets”…..dst
Ayat (10/3): …….”Yang menciptakan langit dan bumi (seluruh planet) dalam enam masa (six days), kemudian Dia bersemayam diatas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan”,.………dst
Ayat (15/17-18): dan kami menjaganya (langit pertama) dari syaitan yang terkutuk kecuali syaitan-syaitan yang mencuri berita-berita didengar dari para malaikat dikejar dengan semburan api yang terang (komet?).
Ayat (41/10): Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya dst…….. dan Dia padanya menentukan kadar makanan-makanan penghuninya, dalam empat masa (and in four days provided it with sustenance for all alike).
Ayat (78/12): Dan Kami bina diatas kamu tujuh langit yang kokoh.

Dilangit ketujuh terdapat Sidratul Muntaha dan didekatnya terdapat syurga untuk tempat tinggal. Pada waktu Mi’raj Nabi Muhammad SAW di tempat itu telah melihat malaikat Jibril dalam bentuk sebenarnya. Hal ini adalah sesuai dengan ayat (53/13-18). Sidratul Muntaha sebenarnya adalah sebuah “pohon” sebagai tanda batas alam (the final frontier) yang tidak boleh dilewati (Sidra tree, beyond which no one may pass), Batas akhir langit ketujuh dan selanjutnya kita mulai memasuki alam Ghaib. Tidak mustahil bahwa barang siapa yang berada disana akan menjadi kekal, karena letaknya yang begitu jauh dan begitu luas, dan tidak terhingga ketinggiannya. Sesuai dengan apa yang disebut dalam Alqur’an sebagai kejadian alam Akhirat.

Ayat (53/13-18): Ayat tersebut menceritakan tentang Mi’raj nabi Muhammad SAW ketika bertemu dengan malaikat Jibril turun dari ufuk tertinggi (uppermost horizon) dalam bentuk aslinya di “Sidrathul Muntaha”(Sidra Tree, beyond which no one may pass) yang letaknya di langit ketujuh. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal (Garden of Repose). Maha suci Tuhan dan maha tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang paling besar.
Ayat (87/17): Sedang kehidupan Akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

Lapisan langit diantara lapisan langit pertama dan ketujuh adalah sebagai “benteng–benteng” pelindung dari langit ketujuh dan pintu Akhirat. Dengan demikian roket-roket secanggih apapun tidak akan bisa menembus langit-langit tsb. untuk sampai ketingkat langit ke-tujuh. Hal ini diterangkan dalam ayat-ayat (40/57) dan ayat (55/33-35) bahwa “penciptaan langit dan bumi lebih besar (kuat) dari penciptaan manusia”.Pada setiap lapisan langit banyak terdapat kepentingan Tuhan pada hari sekarang dan hari kebangkitan, yang memerlukan pengaturan langit dan bumi serta untuk penjagaan penjuru langit bagi lalu-lintas para Malaikat, seperti kejadian-kejadian pada hari kiamat dan hari kebangkitan. Selain itu, menurut kisah tentang Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang harus melalui langit pertama sampai ke Sidratil Muntaha, ada beberapa para Nabi (AS) seperti Adam, Isa, Yahya, Yusuf, Idris, Harun, Musa dan Ibrahim yang dijumpai oleh Muhammad SAW pada setiap lapisan langit tsb. tentu ada faedah serta maknanya yang Ghaib, bila dihubungkan dengan ayat (53/13-18), tentang apa yang telah dilihatnya dari sebagian tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang Maha Besar.

Ayat (40/57): Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (sadar).
Ayat (55/33-35): Hai jemaah jin dan manusia , jika kamu sanggup menembus penjururu langit dan bumi, maka tembuslah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (you shall not do except with Our own authority). ………..nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan? Kepada kamu dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri.

Keberadaan Manusia di Bumi.

Implikasi langit terhadap kehidupan manusia di bumi, kaitannya dengan iman dan taqwa manusia sejak masa kehidupan sampai kematiannya, kemudian akan menghadapi hari kebangkitan (hidup kembali). Allah SWT menjanjikan setelah hari kebangkitan akan ada hari pembalasan serta kehidupan yang kekal di alam Akhirat. Namun di Akhirat ada yang diberkahi karena manusia tsb. kuat imannya, dia membawa kebaikan dan dia juga tahu batas yang hak dan batil.. Tetapi, ada pula yang disiksa, karena lemah imannya, dia membawa kejahatan dan melewati batas, semasa hidupnya.

Menurut ayat (2/154), diantaranya ada yang mati sahid, gugur di jalan Allah (sebelum hari kebangkitan), mereka akan tetap hidup dengan penuh kenikmatan di alam lain yang tidak kita ketahui, entah di langit keberapa. Sebagai contoh, banyak para Nabi (AS) yang dijumpai oleh Muhammad SAW sewaktu Mi’raj, pada tingkat langit yang berbeda-beda. Dapat disimpulkan saat ini kita berada pada lapisan (tata ruang) pertama, sedangkan langit kita adalah batasan (atau frontier), antara lapisan pertama dengan lapisan kedua, yang disebut “Langit Pertama”, dan selanjutnya sampai ke “Langit Ketujuh”. Setelah sampai pada Langit Ketujuh kita akan berada pada ruang lain atau Alam Ghaib.

Hubungan langit dengan Hari Kiamat.

Apa hubungan antara langit dengan hari kebangkitan? Dan bagaimana manusia bisa sampai ke Alam Ghaib seperti Akhirat? Disini letaknya peranan langit dan bumi yang semakin lama semakin menarik untuk disimak. Semua kisah tentang langit dan bumi serta hari kebangkitan, semuanya termuat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, yang secara kronologis disusun dan dibahas dengan cermat. Beberapa ayat-ayat dibawah berkaitan dengan hari Kiamat, hari Kebangkitan dan kemudian hari Pembalasan adalah sebagai berikut:

Hari Kiamat

*Ayat (27/87): Dan ingatlah ketika ditiup sangkakala (pertama), maka terkejutlah (seized with fear) segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah (except those whom God will choose to spare).
*Ayat (39/68): Dan ditiuplah sangkakala (pertama) maka matilah (shall fall down fainting) yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehedakiNya……….dst.

*Ayat(81/1-6): Apabila matahari tidak bersinar lagi,………….dst…….binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan dan meluap (lihat 82/3)
*Ayat (82/1-2): Apabila langit terbelah dan bintang-bintang jatuh berserakan,……….dst
*Ayat (99/1-3): Apabila bumi digoncangkan dengan dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya, dan manusia bertanya “Mengapa bumi jadi begini?”
*Ayat (78/20): dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia (and the mountains shall pass away and become like vapour).
*Ayat (69/15-17): Pada hari kiamat langit terbelah, dan para Malaikat akan berdiri di sekitar penjuru langit, dimana ada delapan diantara mereka terlihat menjunjung ‘Arsy dari Tuhan diatas kepala mereka.
*Ayat (84/1-5): Apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya………….dst dan apabila bumi diratakan dan dilemparkan apa yang ada didalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh..
*Ayat (39/67):………….bumi seluruhnya dalam genggamanNya pada hari kiamat dan langit-langit digulung (fold up the heavens) dengan tangan kananNya

Hari Kebangkitan

*Ayat (81/7-11) dan apabila ruh-ruh dipertemukan dengan tubuh …..dst, dan apabila langit dilenyapkan.
*Ayat(39/68):…………...kemudian ditiup sangkakala (kedua) tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusannya masing-masing
*Ayat (79/13-14): Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.
*Ayat (14/48): Pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit, dan mereka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah SWT.
*Ayat (39/69): Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya keadilan Tuhan……….dst.

Hari Pembalasan

*Ayat (70/1-8): Pada Hari Pembalasan (Day of Judgement) langit menjadi seperti luluhan perak (molten brass), Jibril dan para malaikat naik ke langit menghadap Tuhan dalam satu hari yang seharusnya ditempuh selama 50 ribu tahun.
*Ayat (78/17-19): Pada hari keputusan………. lalu kamu datang berkelompok kelompok dan dibukalah langit (ketujuh), maka terdapatlah beberapa pintu.
*Ayat (39/70-73): Dan disempurnakan bagi tiap-tiap roh (soul) balasan apa yang telah mereka kerjakan, sehingga orang-orang kafir dibawa ke neraka jahanam berombombong rombongan sedangkan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa kedalam syurga berombong rombongan pula………………..dst.




KESIMPULAN

Pada hari Kiamat sesuai urutan ayat-ayat diatas (*), apabila ditiup sangkakala pada pertama kali, maka ada diantara mereka yang berada di langit dan bumi, menjadi sangat terkejut dan ketakutan sehingga ada yang jatuh pingsan sampai meninggal, kecuali siapa yang dikehendaki Tuhan. Diantara mereka terdapat pula binatang–binatang liar yang dikumpulkan oleh Tuhan dan ada orang-orang yang diselamatkanNya sesuai kehendak Allah. (termasuk yang berada di langit seperti para malaikat yang sedang bertugas dan para nabi dll).

Kemudian setelah matahari tidak bersinar lagi dan bintang-bintang berjatuhan, adalah tanda-tanda bahwa keseimbangan daya tarik antara matahari dan bumi telah hilang sehingga bumi berputar bebas dengan dahsyatnya (“gunung-gunung dijalankan sehingga menjadi debu ”), membangkitkan sumber energi bumi, memanaskan air laut sampai meluap. Bersamaan bumi mengeluarkan beban-beban padat/cair serta energi yang dikandungnya memancar seperti tenaga roket raksasa, sehingga bumi mengembang menjadi kosong, ceper, rata dan sungguh mengherankan. Langit-langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya dimana penjuru langit dikawal oleh para malaikat, maka bumi yang sedang berputar tersebut, melayang terus melalui belahan langit menuju Cluster langit ketujuh, tak ubahnya seperti UFO, (“maka menjadi fatamorganalah ia”). Keadaan langit dan bumi sedemikian rupa dan patuh kepada Tuhannya, sehingga langit dan bumi pada saat itu telah mengantarkan manusia dengan selamat menuju Tuhan. (Baca ayat 78/20 dan 39/67).

Pada hari Kebangkitan sangkakala ditiup lagi maka bumi tetap patuh berada dibawah “genggaman” Tuhan (sesuai perintahNya) dan akan “terbelah-belah”, manusia keluar dari kubur masing-masing setelah ruh-ruh mereka dipertemukan dengan tubuh-tubuh mereka, sedangkan langit-langit telah dilenyapkan. Sesuai keterangan diatas dan ayat ( 14/48), bumi telah berganti bentuk dan menjadi rata (padang mahsyar), demikian pula langit (berada dibawah lindungan langit ke-7). Mereka semua sudah berkumpul menghadap ke hadirat Allah SWT. Tiba-tiba terang benderang bumi padang mahsyar saat itu, dengan cahaya Tuhannya, lantas diberikanlah buku perhitungan atas perbuatan mereka masing-masing dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi, baru diberikanlah keputusan yang adil kepada mereka, dan mereka tidak dirugikan sedikitpun. (Padang mashar masih berada dibawah naungan langit ketujuh).

Pada hari Pembalasan langit (ketujuh) terlihat seperti luluhan perak. Pada saat itu Jibril beserta para malaikat lainnya naik kelangit, kelihatan ada delapan malaikat menjun-jung ‘Arsh Allah di kepala mereka. Kemudian dibukalah langit ketujuh dan terdapatlah beberapa pintu. Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahanam. Dikatakan kepada mereka “Masukilah pintu-pintu neraka Jahanam itu, sedang kamu kekal didalamnya”. Neraka Jahanam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.

Mereka yang bertaqwa kepada Allah dibawa kedalam syurga berombong-rombongan pula . Sehingga apabila mereka sampai ke syurga, pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah penjaga-penjaganya : “Kesejahteraan dilimpahkan atasmu. Berbahagialah kamu, masukilah syurga ini, sedang kamu kekal didalamnya”.

Saat itu, peranan langit dan bumi sudah berakhir pada hari kiamat, yang sengaja diciptakan oleh Allah SWT, hanya untuk kepentingan kehidupan manusia di dunia selama berabad-abad, namun akhirnya membawa mereka ke Akhirat untuk menjalani suatu kehidupan yang lebih baik dan kekal.

Paparan ini dibuat sebagai informasi dan pengetahuan serta bahan renungan bagi orang yang mau berfikir. Banyak contoh-contoh klasik tentang manusia-manusia sombong dan serakah yang ingin menguasai dunia namun akhirnya selalu menemui kegagalan. Tapi diantaranya ada pula yang berhasil karena akhirnya sadar dan mau berfikir, kembali rasional dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Tulisan ini juga mengingatkan kita akan kebenaran tujuan hidup di bumi, dibawah kekuasaan Allah SWT Sang Pencipta Alam Semesta. Pada akhirnya kita akan kembali menuju ke tempat KeagunganNya di langit ketujuh.

Yang benar hanyalah dari Allah SWT dan yang salah adalah dari Penulis. Manusia hanyalah hamba yang lemah dan do’if, tidak mempunyai kemampuan apa-apa, kecuali memohon petunjuk dan memperoleh Ridha Allah SWT.

Semoga bermanfaat, AminYarabbul ‘alamin……….


Jkt, 12-02-2009 EJ.